11 Mac 2010

(Bonus Track) Sembang Letup bersama Sinaganaga Lan Hussain.



soalan extra : pendapat anda tentang Pyan Habib. di manakah terletaknya kekuatan tinta2 sajak dan puisi beliau ?


Masa gua jadi kutu - gua belajar melukis di Angkatan Pelukis Semenanjung (kemudiannya di kenali sebagai Angkatan Pelukis SeMalaysia). Setiap kali gua habis kelas - selalunya gua ikut senior melepak di Masjid India. Dulu, di sini tempat semua pelukis & penulis berkumpul. Aaaa, kira macam meeting point-lah.

Jadi, tujuan gua ikut melepak di sini - 1. kadang-kadang senior akan belanja gua makan dan minum, 2. kadang-kadang senior akan minta gua tolong mereka buat reka bentuk grafik dan sebagainya - mereka bayar upah. Duit tu gua guna separuh dan gua simpan separuh (untuk bekalan di hari tua nanti).

Dulu, abang Pyanhabib selalu melepak di sini. Kadang dia berborak, kadang dia baca puisi, kadang dia duduk diam sahaja sambil hisap rokok. Gua tak berani nak tegur sebab gua remaja lagi pada masa tu. Aaa, 'kutu remaja' - kalau kita hendak labelkan status gua pada masa itu. Kutu dewasa dengan kutu remaja tak terbang sama tinggi pada zaman tu, ha ha.

Dulu, setiap malam minggu, di perkarangan Panggung Coliseum, ada satu kumpulan manusia seni dan sastera (kumpulan itu diberi nama Kumpulan Gulung Tikar) perform di situ. Abang Wahidi akan menyanyi lagu-lagu lama. Imuda akan kadang menyanyi, kadang bersketsa, kadang meniup harmonika blues. Abang Pyanhabib pun pernah baca sajak di situ. Dan ramai lagi manusia seni dan sastera perform di situ.

Hah, suasananya lebih kurang macam Maskara di kala ini. Malangnya acara itu benar-benar gulung tikar pada kesudahan ceritanya.

Gua buta sajak. Gua tak tahu apa-apa pasal sajak. Tapi, pada suatu hari, ada sajak abang Pyanhabib berjudul 'Perawan' sudah ke luar di dalam satu majalah; gua sudah TERbaca. Itulah satu-satunya sajak abang Pyanhabib yang gua hafal hampir 90% bait-bait puisinya.

Gua rasa, 'Perawan' sangat indah. Puitis. Romantik. Erotik.

Gua rasa, pemilihan-pemilihan aposisi dalam stanza 'Perawan' begitu 'tidak terfikir' oleh gua. Contoh-contoh seperti 'di kamar yang peratusnya adalah kesenyapan', 'engkaupun menakluki keakuanku dan meleburnya tanpa rasa kesangsian', 'degup jantungmu umpama hentakan tapak-tapak kuda' adalah contoh penguasaan (kosa kata, konotasi, semiotik) penulis dalam menghasilkan 'Perawan'.

Sajak 'Perawan' adalah sebuah sajak 'hadiah hari jadi' (HA HA) dan sajak fantasi seorang lelaki yang 'kalaulah...' Ya, kalaulah gua ada duit banyak, kalaulah gua ada kereta besar, kalaulah gua ada rumah batu, kalaulah gua boleh main gitar, kalaulah gua makan roti canai sedap tu dua keping, kalaulah gua boleh miliki perawan itu sebagai teman... sedangkan lelaki itu tidak punya apa-apa selain daripada tubuhnya yang kurus dan layu.

Ya, ini adalah sajak angan-angan. Angan-angan tidak selalunya menjadi kenyataan bagi sesetengah orang.

NOTA: 1. Gua cuma boleh ulas sajak 'Perawan' sahaja sebab sajak abang Pyanhabib yang lain gua tak pernah ingat sampai 90%. 2. Dua sahaja sajak yang gua hafal sampai 90% - Perawan oleh Pyanhabib dan Tentang Duka oleh Sutung Umar RS. Yang lain-lain gua tak pernah tahu. Gua buta sajak.

Dan sebenarnya, gua benar-benar jumpa dan benar-benar berborak dengan abang Pyanhabib adalah semasa gua dan Amir Mukhriz mengusahakan Sajak-Sajak Suci Abdullah Jones. Ayat pertama yang ke luar dari mulut abang Pyanhabib apabila berhadapan dengan gua, "Abdullah Jones ni siapa? Pirate?" Gua lebih banyak ketawa daripada bercakap pada masa itu. Kalau gua bercakap pun pada masa itu - adalah dalam bentuk yang amat serius, "Ini bini abang ke?" misalnya.

3 ulasan:

sinaganaga berkata...

"Abdullah Jones ni siapa? Pirate?"

Unknown berkata...

keh keh...dengar Abdullah Jones kang...jangan main2....

kalau dia marah...nescaya siap la satu sajak...

jo berkata...

bila encik sinaganaga kata sajak perawan ni erotik, terus aku tanya sama abang gugel. haha. dulu aku buta sajak. sekarang pun buta. tapi dah ada minat sikit2.












tumpang lalu ye...